Thursday, October 23, 2025

Reformator dari Jenewa: Kisah Hidup John Calvin

John Calvin (1509–1564) adalah seorang teolog, pastor, dan reformator Prancis yang, setelah Martin Luther, menjadi tokoh paling penting dalam Reformasi Protestan. Ia dikenal sebagai arsitek tradisi teologis yang kemudian disebut Kalvinisme, yang memengaruhi Gereja-gereja Reformasi, Presbiterian, Kongregasionalis, dan Baptis di seluruh dunia.

Bagian I: Jalan Sang Cendekiawan (1509–1536)

Bab 1: Masa Kecil dan Pendidikan di Prancis

John Calvin lahir dengan nama Jehan Cauvin pada 10 Juli 1509, di Noyon, Picardy, Prancis. Ayahnya, Gérard Cauvin, adalah seorang notaris dan sekretaris gereja, yang memastikan John menerima pendidikan terbaik. Berkat koneksi ayahnya dengan keluarga bangsawan, John yang cerdas dikirim ke Paris untuk belajar pada usia 14 tahun.

Di Paris, ia belajar di Collège de la Marche dan Collège de Montaigu, tempat ia mengasah kemampuan berbahasa Latin dan logika. Awalnya, ia ditujukan untuk karier sebagai pastor, tetapi ayahnya kemudian berubah pikiran dan menyuruhnya belajar hukum di universitas-universitas terkemuka di Orléans dan Bourges.

Bab 2: Pindah ke Humanisme dan Pencerahan Injili

Selama studi hukumnya (1528–1531), Calvin tenggelam dalam semangat Humanisme Renaisans, sebuah gerakan yang menekankan studi kembali teks-teks klasik, termasuk teks asli Alkitab dalam bahasa Yunani dan Ibrani. Studi ini, jauh dari teologi skolastik, memengaruhi metodologi dan cara berpikirnya.

Pada sekitar tahun 1533, Calvin mengalami apa yang ia sebut sebagai "konversi mendadak." Meskipun detailnya tidak diketahui pasti, ia meninggalkan Gereja Katolik Roma dan memeluk ajaran Reformasi Protestan. Ia sendiri menggambarkannya sebagai "pikiran saya menjadi jinak dan keras hati saya, yang lebih keras kepala pada usia itu, ditundukkan pada pengajaran."

Konversi ini terjadi di tengah gelombang penganiayaan terhadap umat Protestan di Prancis. Karena terlibat dalam sebuah pidato reformasi di Paris, Calvin terpaksa hidup dalam persembunyian, sering berpindah-pindah. Ia akhirnya meninggalkan Prancis pada tahun 1535 dan menetap sementara di Basel, Swiss.

Bab 3: Karya Pertama dan Mahakarya (1536)

Di Basel, Calvin, yang baru berusia 26 tahun, menyelesaikan karya yang akan mengubah sejarah Kekristenan dan segera menjadi buku teologi Protestan yang paling berpengaruh:

Institutio Christianae Religionis (Institusi Agama Kristen)

  • Tahun Penerbitan: Edisi pertama 1536.
  • Signifikansi: Awalnya dimaksudkan sebagai panduan kecil dan ringkas tentang iman Protestan, karya ini menjadi mahakarya Calvin yang terus ia revisi dan perluas hingga edisi final tahun 1559.
  • Isi: Institusi menyajikan teologi yang sistematis, logis, dan komprehensif. Itu mencakup empat bagian utama (berdasarkan Kredo Rasuli): Allah Sang Pencipta, Allah Sang Penebus dalam Kristus, Cara Menerima Anugerah Kristus (Roh Kudus), dan Gereja dan Negara. Buku ini berfungsi sebagai pembelaan bagi umat Protestan Prancis yang dianiaya dan sebagai manual pelatihan bagi para pemimpin gereja yang baru.

Bagian II: Panggilan ke Jenewa (1536–1555)

Bab 4: Panggilan Tak Terduga dan Pengasingan Pertama

Pada tahun 1536, Calvin, berniat hidup tenang sebagai cendekiawan, melakukan perjalanan ke Strasbourg. Namun, rute perjalanannya dialihkan karena perang, membawanya melewati Jenewa, yang baru saja memeluk Reformasi.

Reformator setempat, Guillaume Farel, seorang pria berapi-api, mendengar kedatangan Calvin dan memohon padanya untuk tinggal dan membantu mendirikan gereja Reformasi di sana. Ketika Calvin ragu, Farel yang marah mengancamnya dengan kutukan Tuhan jika ia mengutamakan studinya di atas panggilan ilahi. Calvin yang tersentak, menerima panggilan itu.

Namun, upaya mereka untuk mendisiplinkan moral dan liturgi Jenewa terlalu radikal bagi penduduk. Pada tahun 1538, Calvin dan Farel diusir.

Bab 5: Pengasingan yang Produktif di Strasbourg

Calvin menghabiskan tiga tahun yang bahagia dan produktif (1538–1541) di Strasbourg, melayani sebagai pastor bagi pengungsi Prancis dan berinteraksi dengan reformator terkemuka seperti Martin Bucer. Di Strasbourg, Calvin belajar banyak tentang organisasi gereja, yang ia terapkan kemudian di Jenewa.

Yang paling penting, selama di Strasbourg, Calvin menikah.

Bab 6: Keluarga Calvin

Pada tahun 1540, atas anjuran teman-temannya, Calvin menikahi Idelette de Bure, seorang janda Anabaptis dengan dua anak dari suami sebelumnya. Pernikahan mereka, meskipun singkat, bahagia. Calvin adalah suami yang setia dan pengasih.

Mereka hanya memiliki satu anak kandung, seorang putra, yang meninggal beberapa hari setelah lahir. Kematian Idelette pada tahun 1549 adalah pukulan besar bagi Calvin. Ia tidak pernah menikah lagi, mendedikasikan sisa hidupnya untuk pelayanan.

"Saya telah kehilangan pasangan terbaik dari kehidupan saya, yang tidak pernah meninggalkan saya, baik dalam pengasingan, kemiskinan, kehormatan, maupun ketidakpopuleran. Jika ada sesuatu yang menghibur saya, itu adalah kenyataan bahwa ia meninggal dalam tidur [Tuhan]." — John Calvin tentang Idelette.

Bab 7: Kediktatoran Teokratis di Jenewa (Pengembalian 1541)

Pada tahun 1541, Dewan Kota Jenewa memohon Calvin untuk kembali, menyadari bahwa mereka membutuhkan kepemimpinannya yang kuat untuk mengatur kota yang kacau. Calvin kembali dengan syarat Dewan menerima ordonansi gerejanya, yang membentuk struktur gereja baru.

Calvin menetapkan tatanan gereja dengan empat jabatan:

  1. Pastor: Bertanggung jawab atas khotbah dan sakramen.
  2. Doktor: Bertanggung jawab atas pengajaran dan pelatihan teologi.
  3. Penatua (Elder): Bertanggung jawab atas disiplin gereja dan pengawasan moral.
  4. Diaken: Bertanggung jawab atas amal dan bantuan sosial.

Dewan yang paling kontroversial adalah Konsistori (dibentuk dari pastor dan penatua), yang bertugas mengawasi moral publik dan menerapkan disiplin gereja. Jenewa di bawah Calvin menjadi model bagi kota-kota Protestan, dijuluki "Roma Protestan", tetapi juga dikenal karena ketegasannya. Kasus paling terkenal adalah eksekusi Michael Servetus (seorang anti-Trinitarian) pada tahun 1553, sebuah tindakan yang disetujui oleh Calvin dan Dewan Kota, yang mencerminkan pandangan keras pada masanya tentang bidah.

Bagian III: Warisan dan Akhir Hidup (1555–1564)

Bab 8: Puncak Pengaruh dan Akademi Jenewa

Setelah tahun 1555, lawan-lawan Calvin di Jenewa telah dikalahkan, dan pengaruhnya tak tertandingi. Selama dekade terakhirnya, ia fokus pada pengorganisasian gereja dan pendidikan.

Pada tahun 1559, ia mendirikan Akademi Jenewa (cikal bakal Universitas Jenewa), yang menjadi pusat pelatihan bagi para pendeta Reformasi dari seluruh Eropa, khususnya Prancis, Skotlandia, dan Belanda.

Ribuan pengungsi datang ke Jenewa, dan mereka kembali ke negara asalnya dengan teologi Kalvinis. Sosok seperti John Knox (yang membawa Kalvinisme ke Skotlandia) secara langsung belajar di bawah Calvin, menyebut Jenewa sebagai "sekolah Kristus yang paling sempurna yang pernah ada di bumi sejak zaman para Rasul."

Bab 9: Karya-Karya Lain

Selain Institusi, karya-karya Calvin meliputi:

  1. Komentari Alkitab: Ia menulis komentar yang luar biasa pada hampir seluruh Alkitab. Komentarnya dikenal karena kejelasan, ringkas, dan fokusnya pada makna literal dan historis teks (eksegesis).
  2. Traktat Polemik: Menulis banyak tanggapan terhadap lawan-lawan teologis (Katolik Roma, Anabaptis, anti-Trinitarian).

Bab 10: Calvin dan Musik

Tidak seperti Luther, Calvin sangat berhati-hati dalam penggunaan musik dalam ibadah. Ia percaya bahwa ibadah haruslah sesederhana mungkin dan tidak boleh mengalihkan perhatian dari Firman Tuhan. Oleh karena itu, ia melarang alat musik di gereja dan hanya mengizinkan nyanyian Mazmur Berirama (Metrical Psalms)—yaitu, teks Mazmur yang diubah menjadi syair yang dapat dinyanyikan.

Karya Musik: Mazmur Jenewa

  • Bukan Himne: Calvin tidak menulis himne dalam pengertian lirik yang baru; ia hanya menyediakan Mazmur yang telah diberi irama.
  • Melodi: Ia mengawasi penciptaan Mazmur Jenewa (seperti yang ada dalam Genevan Psalter), bekerja dengan musisi seperti Louis Bourgeois. Melodi-melodi ini bersifat sederhana, berirama tunggal, dan khidmat.
  • Contoh Paling Terkenal: Melodi untuk Mazmur 134 (biasanya dikenal sebagai Old Hundredth atau "Praise God from Whom All Blessings Flow" dalam bahasa Inggris) berasal dari Mazmur Jenewa yang ia gunakan.

Dengan demikian, pengaruh Calvin terhadap musik ibadah adalah disiplin dan penekanan pada Mazmur, sebuah warisan yang mendominasi gereja-gereja Reformasi selama beberapa abad.

Bab 11: Akhir Sang Reformator

John Calvin meninggal pada 27 Mei 1564, pada usia 54 tahun, setelah menderita penyakit kronis selama bertahun-tahun, termasuk TBC, migrain, dan batu ginjal. Meskipun ia adalah pemimpin paling berkuasa di Jenewa, ia meminta dimakamkan dalam kuburan yang tidak ditandai di Pemakaman Jenewa—sebuah tindakan yang mencerminkan kerendahan hati dan penolakan terhadap pemujaan orang kudus.

Warisan John Calvin adalah sebuah tradisi teologis yang menekankan kedaulatan Tuhan (soli Deo gloria—kemuliaan hanya bagi Tuhan), pembenaran hanya oleh iman, dan panggilan Kristen untuk hidup berdisiplin di dunia, yang secara mendalam membentuk Amerika Utara, Skotlandia, dan banyak negara Eropa.

No comments:

Post a Comment