Bagian I: Jalan Sang Cendekiawan (1509–1536)
Bab 1: Masa Kecil dan Pendidikan di Prancis
John Calvin lahir dengan nama Jehan Cauvin pada 10
Juli 1509, di Noyon, Picardy, Prancis. Ayahnya, Gérard Cauvin, adalah seorang
notaris dan sekretaris gereja, yang memastikan John menerima pendidikan
terbaik. Berkat koneksi ayahnya dengan keluarga bangsawan, John yang cerdas
dikirim ke Paris untuk belajar pada usia 14 tahun.
Di Paris, ia belajar di Collège de la Marche dan Collège de
Montaigu, tempat ia mengasah kemampuan berbahasa Latin dan logika. Awalnya, ia
ditujukan untuk karier sebagai pastor, tetapi ayahnya kemudian berubah pikiran
dan menyuruhnya belajar hukum di universitas-universitas terkemuka di
Orléans dan Bourges.
Bab 2: Pindah ke Humanisme dan Pencerahan Injili
Selama studi hukumnya (1528–1531), Calvin tenggelam dalam
semangat Humanisme Renaisans, sebuah gerakan yang menekankan studi
kembali teks-teks klasik, termasuk teks asli Alkitab dalam bahasa Yunani dan
Ibrani. Studi ini, jauh dari teologi skolastik, memengaruhi metodologi dan cara
berpikirnya.
Pada sekitar tahun 1533, Calvin mengalami apa yang ia sebut
sebagai "konversi mendadak." Meskipun detailnya tidak diketahui
pasti, ia meninggalkan Gereja Katolik Roma dan memeluk ajaran Reformasi
Protestan. Ia sendiri menggambarkannya sebagai "pikiran saya menjadi jinak
dan keras hati saya, yang lebih keras kepala pada usia itu, ditundukkan pada
pengajaran."
Konversi ini terjadi di tengah gelombang penganiayaan
terhadap umat Protestan di Prancis. Karena terlibat dalam sebuah pidato
reformasi di Paris, Calvin terpaksa hidup dalam persembunyian, sering
berpindah-pindah. Ia akhirnya meninggalkan Prancis pada tahun 1535 dan menetap
sementara di Basel, Swiss.
Bab 3: Karya Pertama dan Mahakarya (1536)
Di Basel, Calvin, yang baru berusia 26 tahun, menyelesaikan
karya yang akan mengubah sejarah Kekristenan dan segera menjadi buku teologi
Protestan yang paling berpengaruh:
Institutio Christianae Religionis (Institusi Agama
Kristen)
- Tahun
Penerbitan: Edisi pertama 1536.
- Signifikansi:
Awalnya dimaksudkan sebagai panduan kecil dan ringkas tentang iman
Protestan, karya ini menjadi mahakarya Calvin yang terus ia revisi dan
perluas hingga edisi final tahun 1559.
- Isi:
Institusi menyajikan teologi yang sistematis, logis, dan komprehensif.
Itu mencakup empat bagian utama (berdasarkan Kredo Rasuli): Allah Sang
Pencipta, Allah Sang Penebus dalam Kristus, Cara Menerima Anugerah Kristus
(Roh Kudus), dan Gereja dan Negara. Buku ini berfungsi sebagai pembelaan
bagi umat Protestan Prancis yang dianiaya dan sebagai manual pelatihan
bagi para pemimpin gereja yang baru.
Bagian II: Panggilan ke Jenewa (1536–1555)
Bab 4: Panggilan Tak Terduga dan Pengasingan Pertama
Pada tahun 1536, Calvin, berniat hidup tenang sebagai
cendekiawan, melakukan perjalanan ke Strasbourg. Namun, rute perjalanannya
dialihkan karena perang, membawanya melewati Jenewa, yang baru saja
memeluk Reformasi.
Reformator setempat, Guillaume Farel, seorang pria
berapi-api, mendengar kedatangan Calvin dan memohon padanya untuk tinggal dan
membantu mendirikan gereja Reformasi di sana. Ketika Calvin ragu, Farel yang
marah mengancamnya dengan kutukan Tuhan jika ia mengutamakan studinya di atas
panggilan ilahi. Calvin yang tersentak, menerima panggilan itu.
Namun, upaya mereka untuk mendisiplinkan moral dan liturgi
Jenewa terlalu radikal bagi penduduk. Pada tahun 1538, Calvin dan Farel diusir.
Bab 5: Pengasingan yang Produktif di Strasbourg
Calvin menghabiskan tiga tahun yang bahagia dan produktif
(1538–1541) di Strasbourg, melayani sebagai pastor bagi pengungsi
Prancis dan berinteraksi dengan reformator terkemuka seperti Martin Bucer.
Di Strasbourg, Calvin belajar banyak tentang organisasi gereja, yang ia
terapkan kemudian di Jenewa.
Yang paling penting, selama di Strasbourg, Calvin menikah.
Bab 6: Keluarga Calvin
Pada tahun 1540, atas anjuran teman-temannya, Calvin
menikahi Idelette de Bure, seorang janda Anabaptis dengan dua anak dari
suami sebelumnya. Pernikahan mereka, meskipun singkat, bahagia. Calvin adalah
suami yang setia dan pengasih.
Mereka hanya memiliki satu anak kandung, seorang putra, yang
meninggal beberapa hari setelah lahir. Kematian Idelette pada tahun 1549 adalah
pukulan besar bagi Calvin. Ia tidak pernah menikah lagi, mendedikasikan sisa
hidupnya untuk pelayanan.
"Saya telah kehilangan pasangan terbaik dari
kehidupan saya, yang tidak pernah meninggalkan saya, baik dalam pengasingan,
kemiskinan, kehormatan, maupun ketidakpopuleran. Jika ada sesuatu yang
menghibur saya, itu adalah kenyataan bahwa ia meninggal dalam tidur
[Tuhan]." — John Calvin tentang Idelette.
Bab 7: Kediktatoran Teokratis di Jenewa (Pengembalian
1541)
Pada tahun 1541, Dewan Kota Jenewa memohon Calvin untuk
kembali, menyadari bahwa mereka membutuhkan kepemimpinannya yang kuat untuk
mengatur kota yang kacau. Calvin kembali dengan syarat Dewan menerima ordonansi
gerejanya, yang membentuk struktur gereja baru.
Calvin menetapkan tatanan gereja dengan empat jabatan:
- Pastor:
Bertanggung jawab atas khotbah dan sakramen.
- Doktor:
Bertanggung jawab atas pengajaran dan pelatihan teologi.
- Penatua
(Elder): Bertanggung jawab atas disiplin gereja dan pengawasan moral.
- Diaken:
Bertanggung jawab atas amal dan bantuan sosial.
Dewan yang paling kontroversial adalah Konsistori
(dibentuk dari pastor dan penatua), yang bertugas mengawasi moral publik dan
menerapkan disiplin gereja. Jenewa di bawah Calvin menjadi model bagi kota-kota
Protestan, dijuluki "Roma Protestan", tetapi juga dikenal
karena ketegasannya. Kasus paling terkenal adalah eksekusi Michael Servetus
(seorang anti-Trinitarian) pada tahun 1553, sebuah tindakan yang disetujui oleh
Calvin dan Dewan Kota, yang mencerminkan pandangan keras pada masanya tentang
bidah.
Bagian III: Warisan dan Akhir Hidup (1555–1564)
Bab 8: Puncak Pengaruh dan Akademi Jenewa
Setelah tahun 1555, lawan-lawan Calvin di Jenewa telah
dikalahkan, dan pengaruhnya tak tertandingi. Selama dekade terakhirnya, ia
fokus pada pengorganisasian gereja dan pendidikan.
Pada tahun 1559, ia mendirikan Akademi Jenewa (cikal
bakal Universitas Jenewa), yang menjadi pusat pelatihan bagi para pendeta
Reformasi dari seluruh Eropa, khususnya Prancis, Skotlandia, dan Belanda.
Ribuan pengungsi datang ke Jenewa, dan mereka kembali ke
negara asalnya dengan teologi Kalvinis. Sosok seperti John Knox (yang
membawa Kalvinisme ke Skotlandia) secara langsung belajar di bawah Calvin,
menyebut Jenewa sebagai "sekolah Kristus yang paling sempurna yang pernah
ada di bumi sejak zaman para Rasul."
Bab 9: Karya-Karya Lain
Selain Institusi, karya-karya Calvin meliputi:
- Komentari
Alkitab: Ia menulis komentar yang luar biasa pada hampir seluruh
Alkitab. Komentarnya dikenal karena kejelasan, ringkas, dan fokusnya pada
makna literal dan historis teks (eksegesis).
- Traktat
Polemik: Menulis banyak tanggapan terhadap lawan-lawan teologis
(Katolik Roma, Anabaptis, anti-Trinitarian).
Bab 10: Calvin dan Musik
Tidak seperti Luther, Calvin sangat berhati-hati dalam
penggunaan musik dalam ibadah. Ia percaya bahwa ibadah haruslah sesederhana
mungkin dan tidak boleh mengalihkan perhatian dari Firman Tuhan. Oleh karena
itu, ia melarang alat musik di gereja dan hanya mengizinkan nyanyian Mazmur
Berirama (Metrical Psalms)—yaitu, teks Mazmur yang diubah menjadi
syair yang dapat dinyanyikan.
Karya Musik: Mazmur Jenewa
- Bukan
Himne: Calvin tidak menulis himne dalam pengertian lirik yang
baru; ia hanya menyediakan Mazmur yang telah diberi irama.
- Melodi:
Ia mengawasi penciptaan Mazmur Jenewa (seperti yang ada dalam Genevan
Psalter), bekerja dengan musisi seperti Louis Bourgeois.
Melodi-melodi ini bersifat sederhana, berirama tunggal, dan khidmat.
- Contoh
Paling Terkenal: Melodi untuk Mazmur 134 (biasanya dikenal sebagai Old
Hundredth atau "Praise God from Whom All Blessings Flow"
dalam bahasa Inggris) berasal dari Mazmur Jenewa yang ia gunakan.
Dengan demikian, pengaruh Calvin terhadap musik ibadah
adalah disiplin dan penekanan pada Mazmur, sebuah warisan yang mendominasi
gereja-gereja Reformasi selama beberapa abad.
Bab 11: Akhir Sang Reformator
John Calvin meninggal pada 27 Mei 1564, pada usia 54
tahun, setelah menderita penyakit kronis selama bertahun-tahun, termasuk TBC,
migrain, dan batu ginjal. Meskipun ia adalah pemimpin paling berkuasa di
Jenewa, ia meminta dimakamkan dalam kuburan yang tidak ditandai di Pemakaman
Jenewa—sebuah tindakan yang mencerminkan kerendahan hati dan penolakan terhadap
pemujaan orang kudus.
Warisan John Calvin adalah sebuah tradisi teologis yang
menekankan kedaulatan Tuhan (soli Deo gloria—kemuliaan hanya bagi
Tuhan), pembenaran hanya oleh iman, dan panggilan Kristen untuk hidup
berdisiplin di dunia, yang secara mendalam membentuk Amerika Utara, Skotlandia,
dan banyak negara Eropa.

No comments:
Post a Comment