Bagian I: Masa Muda dan Jalan
Menuju Imamat (1484–1518)
Bab 1: Masa Kecil dan
Pendidikan Humanis
Ulrich Zwingli lahir pada 1 Januari
1484, di Wildhaus, sebuah desa pegunungan di Toggenburg, Swiss. Ayahnya
adalah seorang petani kaya yang menjabat sebagai kepala pemerintahan setempat,
dan pamannya adalah seorang imam. Lingkungan keluarganya yang terpelajar
memastikan Zwingli menerima pendidikan yang sangat baik sejak usia muda.
Ia belajar di Basel dan Bern,
sebelum akhirnya masuk ke Universitas Wina dan kemudian Universitas
Basel. Di Basel, ia sangat terpengaruh oleh semangat Humanisme Renaisans,
sebuah gerakan yang menekankan studi kembali teks-teks asli, terutama bahasa
Yunani dan Ibrani untuk mempelajari Alkitab. Zwingli menjadi pengagum berat Erasmus
dari Rotterdam, seorang humanis terkemuka yang kritis terhadap
praktik-praktik gereja. Pendidikan humanis ini akan menjadi dasar dari metode
reformasinya—kembali ke sumber (ad fontes).
Bab 2: Imam Paroki dan Pelayan
Tentara
Pada tahun 1506, Zwingli
ditahbiskan menjadi imam dan melayani di paroki Glarus. Selama di sana, ia
menemani tentara bayaran Swiss sebagai pendeta lapangan ke Italia dalam
beberapa kampanye militer. Pengalaman ini sangat memengaruhi pandangan
politiknya. Zwingli menyaksikan langsung kekejaman dan kehancuran moral yang
disebabkan oleh sistem tentara bayaran, yang saat itu menjadi sumber pendapatan
penting bagi Swiss. Pengalaman ini mengubahnya menjadi seorang patriot Swiss
yang menentang praktik tentara bayaran.
Pada tahun 1516, ia pindah ke
paroki yang lebih terkenal di Einsiedeln, sebuah situs ziarah populer. Di sana,
ia mulai berkhotbah secara terbuka menentang ziarah dan menentang penjualan
indulgensi (surat pengampunan dosa), menunjukkan pergeseran teologisnya yang
semakin menjauh dari Roma.
Bab 3: Panggilan ke Zurich
Pada tahun 1518, Zwingli
dipanggil untuk menjadi pastor paroki di Grossmünster, gereja utama di Zurich.
Posisi ini memberinya panggung dan pengaruh yang besar di salah satu kota
terpenting di Konfederasi Swiss. Zwingli segera mengumumkan pendekatannya yang
radikal: alih-alih mengikuti leksionari (pembacaan Alkitab yang telah
ditentukan), ia akan berkhotbah secara sistematis melalui Injil dari awal
sampai akhir, mengajarkan Firman Tuhan secara murni dan sederhana.
Bagian II: Reformasi di Zurich
(1519–1525)
Bab 4: Wabah dan Awal Mula
Reformasi (1519)
Pada tahun 1519, wabah (Maut
Hitam) melanda Zurich. Zwingli sendiri tertular dan hampir meninggal.
Pengalaman di ambang kematian ini memperdalam keyakinannya bahwa hidup dan
keselamatan hanya ada di tangan Tuhan. Setelah pulih, ia menjadi lebih tegas
dalam tekadnya untuk mereformasi gereja sesuai dengan otoritas tunggal Alkitab.
Bab 5: Kasus Sosis dan
Pembelaan Alkitab (1522)
Momen penting dalam Reformasi
Zwingli adalah peristiwa "Kasus Sosis" pada Masa Prapaskah
tahun 1522. Beberapa pengikut Zwingli secara terbuka memakan sosis selama
Prapaskah, menantang tradisi puasa wajib gereja.
Zwingli membela tindakan mereka
dalam khotbahnya yang berjudul Mengenai Pilihan dan Kebebasan Makanan.
Ia berpendapat bahwa puasa adalah tradisi manusia, dan karena Alkitab tidak
secara eksplisit melarang makan daging selama Prapaskah, maka hal itu
diizinkan. Peristiwa ini menjadi simbol penolakan otoritas tradisi gereja yang
tidak didukung oleh Kitab Suci (Sola Scriptura).
Bab 6: Pernikahan Rahasia dan
Terbuka
Pada tahun 1522, Zwingli menikah
secara rahasia dengan Anna Reinhart, seorang janda terpandang dengan
beberapa anak. Pernikahan ini awalnya dirahasiakan selama dua tahun karena
Zwingli masih menjadi imam Katolik, namun pada tahun 1524, ia mempublikasikan
pernikahannya, yang menantang selibat wajib dan menormalisasi kehidupan
keluarga bagi para reformator. Zwingli dan Anna memiliki empat anak.
Bab 7: Debat dan Reformasi
Institusional
Antara tahun 1523 dan 1525,
otoritas Zurich mensponsori serangkaian Debat Publik (Disputationes)
antara Zwingli dan perwakilan gereja Katolik Roma. Zwingli berargumen
berdasarkan 67 Dalil yang ia susun, yang secara efektif menolak wewenang
Paus, Misa, keimamatan selibat, dan pentingnya patung.
Setelah Zwingli memenangkan
debat, Zurich secara resmi mengadopsi Reformasi. Perubahan institusional yang
cepat terjadi:
- Misa Latin dihapus, diganti dengan kebaktian
sederhana berbahasa Jerman.
- Patung, ikon, dan organ musik disingkirkan dari
gereja.
- Biara-biara dibubarkan, dan dananya dialihkan untuk
pendidikan dan kesejahteraan sosial.
Bagian III: Pertentangan dan
Kematian (1525–1531)
Bab 8: Perpecahan dengan
Anabaptis dan Luther
Setelah tahun 1525, Zwingli
menghadapi konflik di dua arah:
- Konflik dengan Anabaptis: Beberapa
pengikutnya, yang dikenal sebagai Anabaptis, menuntut reformasi yang lebih
cepat dan radikal, terutama menolak pembaptisan bayi. Zwingli menentang
mereka, bersikeras bahwa gereja dan negara harus bekerja sama (Prinsip Erastianisme).
Zurich kemudian menganiaya Anabaptis, beberapa di antaranya dihukum mati.
- Konflik dengan Luther: Pada tahun 1529,
Zwingli bertemu dengan Martin Luther di Kolokium Marburg. Meskipun
mereka setuju pada hampir semua doktrin, mereka berdebat sengit mengenai Perjamuan
Kudus.
- Luther: Percaya akan kehadiran Kristus
secara fisik (Konsubstansiasi).
- Zwingli: Percaya Perjamuan Kudus adalah hanya
simbol atau peringatan akan pengorbanan Kristus.
Ketidaksepakatan ini memecah
Reformasi menjadi dua faksi utama: Lutheran dan Reformasi Swiss
(Zwinglian/Kalvinis).
Bab 9: Perang dan Kematian
(1531)
Zwingli percaya bahwa Reformasi
tidak hanya harus diadopsi di Zurich tetapi juga di seluruh Konfederasi Swiss.
Ia menggunakan kekuatan politik dan militer untuk menekan kanton-kanton Swiss
Katolik yang tersisa (yang dikenal sebagai Lima Kanton Pedalaman) agar menerima
Reformasi.
Ketegangan ini memuncak dalam Perang
Kappel Pertama (1529), yang berakhir dengan perjanjian damai yang rapuh.
Namun, pada Perang Kappel Kedua (1531), Zurich dan kanton Protestan
lainnya disergap oleh pasukan Katolik yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Zwingli, yang menemani pasukannya
sebagai pendeta, tewas dalam pertempuran. Tubuhnya ditemukan, dimutilasi,
dibakar, dan abunya dicampur dengan kotoran babi oleh musuh-musuhnya—sebuah
tindakan yang menunjukkan kebencian yang mendalam terhadapnya. Kematiannya
menandai berakhirnya Reformasi Zwingli yang agresif dan mengarah pada
perjanjian yang memberikan kebebasan beragama kepada setiap kanton.
IV. Karya-Karya Penting Ulrich
Zwingli
Zwingli adalah penulis yang
produktif, karyanya berfokus pada eksegesis Alkitab dan pembenaran reformasi
institusional.
|
Judul Karya |
Tahun |
Isi Utama dan Signifikansi |
|
Von der Klarheit und
Gewissheit des Wortes Gottes (Mengenai Kejelasan dan Kepastian Firman
Tuhan) |
1522 |
Menegaskan prinsip Sola
Scriptura (hanya Alkitab), bahwa Alkitab itu jelas dan merupakan
satu-satunya sumber kebenaran. |
|
Auslegung und Begründung
der Schlussreden (Penjelasan dan Pembenaran 67 Dalil) |
1523 |
Pembelaan terperinci atas 67
Dalilnya yang diajukan pada Debat Zurich. Menolak wewenang Paus, Misa, dan
perantaraan orang kudus. |
|
De Vera et Falsa
Religione Commentarius (Komentar Mengenai Agama yang Sejati dan Palsu) |
1525 |
Karya teologi sistematis yang
pertama dari Reformasi. Menyajikan pandangan menyeluruh mengenai iman dan
ibadah Kristen, membedakannya dari tradisi Katolik. |
|
Amica Exegesis
(Eksegesis Ramah) |
1527 |
Sebuah tanggapan terhadap
Luther mengenai Perjamuan Kudus. Di sinilah ia menjelaskan pandangan
simbolisnya tentang Perjamuan Kudus, di mana kata “adalah” dalam
"Inilah tubuh-Ku" berarti “melambangkan”. |
Zwingli dan Musik
Meskipun Luther menghargai musik
dan menghasilkan himne yang luar biasa, Zwingli memiliki pandangan yang sangat
berbeda.
- Peniadaan Musik: Zwingli adalah seorang
musisi berbakat (ia memainkan banyak instrumen), tetapi ia menghapus
semua musik dan nyanyian jemaat dari ibadah gereja di Zurich.
- Alasan: Ia percaya bahwa musik dapat
mengalihkan perhatian dari Firman Tuhan dan bahwa nyanyian yang diiringi
organ musik adalah inovasi manusia yang tidak didukung oleh Kitab Suci.
Bagi Zwingli, musik termasuk dalam praktik yang perlu
"dimurnikan" dari ibadah.
Oleh karena itu, meskipun Zwingli
adalah seorang humanis dan musisi, warisannya terhadap musik liturgi Reformasi
Swiss adalah dengan menjadikannya sebuah kebaktian yang murni berbasis khotbah
dan tanpa lagu.

No comments:
Post a Comment