Thursday, October 23, 2025

Zwingli: Sang Reformator dari Zurich dan Pendiri Reformasi Swiss

Ulrich Zwingli (1484–1531) adalah seorang tokoh kunci dan pendiri Reformasi Swiss. Ia bekerja secara independen dari Martin Luther, tetapi pada saat yang sama mengubah Zurich menjadi pusat teologi Reformasi yang utama.

Bagian I: Masa Muda dan Jalan Menuju Imamat (1484–1518)

Bab 1: Masa Kecil dan Pendidikan Humanis

Ulrich Zwingli lahir pada 1 Januari 1484, di Wildhaus, sebuah desa pegunungan di Toggenburg, Swiss. Ayahnya adalah seorang petani kaya yang menjabat sebagai kepala pemerintahan setempat, dan pamannya adalah seorang imam. Lingkungan keluarganya yang terpelajar memastikan Zwingli menerima pendidikan yang sangat baik sejak usia muda.

Ia belajar di Basel dan Bern, sebelum akhirnya masuk ke Universitas Wina dan kemudian Universitas Basel. Di Basel, ia sangat terpengaruh oleh semangat Humanisme Renaisans, sebuah gerakan yang menekankan studi kembali teks-teks asli, terutama bahasa Yunani dan Ibrani untuk mempelajari Alkitab. Zwingli menjadi pengagum berat Erasmus dari Rotterdam, seorang humanis terkemuka yang kritis terhadap praktik-praktik gereja. Pendidikan humanis ini akan menjadi dasar dari metode reformasinya—kembali ke sumber (ad fontes).

Bab 2: Imam Paroki dan Pelayan Tentara

Pada tahun 1506, Zwingli ditahbiskan menjadi imam dan melayani di paroki Glarus. Selama di sana, ia menemani tentara bayaran Swiss sebagai pendeta lapangan ke Italia dalam beberapa kampanye militer. Pengalaman ini sangat memengaruhi pandangan politiknya. Zwingli menyaksikan langsung kekejaman dan kehancuran moral yang disebabkan oleh sistem tentara bayaran, yang saat itu menjadi sumber pendapatan penting bagi Swiss. Pengalaman ini mengubahnya menjadi seorang patriot Swiss yang menentang praktik tentara bayaran.

Pada tahun 1516, ia pindah ke paroki yang lebih terkenal di Einsiedeln, sebuah situs ziarah populer. Di sana, ia mulai berkhotbah secara terbuka menentang ziarah dan menentang penjualan indulgensi (surat pengampunan dosa), menunjukkan pergeseran teologisnya yang semakin menjauh dari Roma.

Bab 3: Panggilan ke Zurich

Pada tahun 1518, Zwingli dipanggil untuk menjadi pastor paroki di Grossmünster, gereja utama di Zurich. Posisi ini memberinya panggung dan pengaruh yang besar di salah satu kota terpenting di Konfederasi Swiss. Zwingli segera mengumumkan pendekatannya yang radikal: alih-alih mengikuti leksionari (pembacaan Alkitab yang telah ditentukan), ia akan berkhotbah secara sistematis melalui Injil dari awal sampai akhir, mengajarkan Firman Tuhan secara murni dan sederhana.

Bagian II: Reformasi di Zurich (1519–1525)

Bab 4: Wabah dan Awal Mula Reformasi (1519)

Pada tahun 1519, wabah (Maut Hitam) melanda Zurich. Zwingli sendiri tertular dan hampir meninggal. Pengalaman di ambang kematian ini memperdalam keyakinannya bahwa hidup dan keselamatan hanya ada di tangan Tuhan. Setelah pulih, ia menjadi lebih tegas dalam tekadnya untuk mereformasi gereja sesuai dengan otoritas tunggal Alkitab.

Bab 5: Kasus Sosis dan Pembelaan Alkitab (1522)

Momen penting dalam Reformasi Zwingli adalah peristiwa "Kasus Sosis" pada Masa Prapaskah tahun 1522. Beberapa pengikut Zwingli secara terbuka memakan sosis selama Prapaskah, menantang tradisi puasa wajib gereja.

Zwingli membela tindakan mereka dalam khotbahnya yang berjudul Mengenai Pilihan dan Kebebasan Makanan. Ia berpendapat bahwa puasa adalah tradisi manusia, dan karena Alkitab tidak secara eksplisit melarang makan daging selama Prapaskah, maka hal itu diizinkan. Peristiwa ini menjadi simbol penolakan otoritas tradisi gereja yang tidak didukung oleh Kitab Suci (Sola Scriptura).

Bab 6: Pernikahan Rahasia dan Terbuka

Pada tahun 1522, Zwingli menikah secara rahasia dengan Anna Reinhart, seorang janda terpandang dengan beberapa anak. Pernikahan ini awalnya dirahasiakan selama dua tahun karena Zwingli masih menjadi imam Katolik, namun pada tahun 1524, ia mempublikasikan pernikahannya, yang menantang selibat wajib dan menormalisasi kehidupan keluarga bagi para reformator. Zwingli dan Anna memiliki empat anak.

Bab 7: Debat dan Reformasi Institusional

Antara tahun 1523 dan 1525, otoritas Zurich mensponsori serangkaian Debat Publik (Disputationes) antara Zwingli dan perwakilan gereja Katolik Roma. Zwingli berargumen berdasarkan 67 Dalil yang ia susun, yang secara efektif menolak wewenang Paus, Misa, keimamatan selibat, dan pentingnya patung.

Setelah Zwingli memenangkan debat, Zurich secara resmi mengadopsi Reformasi. Perubahan institusional yang cepat terjadi:

  • Misa Latin dihapus, diganti dengan kebaktian sederhana berbahasa Jerman.
  • Patung, ikon, dan organ musik disingkirkan dari gereja.
  • Biara-biara dibubarkan, dan dananya dialihkan untuk pendidikan dan kesejahteraan sosial.

Bagian III: Pertentangan dan Kematian (1525–1531)

Bab 8: Perpecahan dengan Anabaptis dan Luther

Setelah tahun 1525, Zwingli menghadapi konflik di dua arah:

  1. Konflik dengan Anabaptis: Beberapa pengikutnya, yang dikenal sebagai Anabaptis, menuntut reformasi yang lebih cepat dan radikal, terutama menolak pembaptisan bayi. Zwingli menentang mereka, bersikeras bahwa gereja dan negara harus bekerja sama (Prinsip Erastianisme). Zurich kemudian menganiaya Anabaptis, beberapa di antaranya dihukum mati.
  2. Konflik dengan Luther: Pada tahun 1529, Zwingli bertemu dengan Martin Luther di Kolokium Marburg. Meskipun mereka setuju pada hampir semua doktrin, mereka berdebat sengit mengenai Perjamuan Kudus.
    • Luther: Percaya akan kehadiran Kristus secara fisik (Konsubstansiasi).
    • Zwingli: Percaya Perjamuan Kudus adalah hanya simbol atau peringatan akan pengorbanan Kristus.

Ketidaksepakatan ini memecah Reformasi menjadi dua faksi utama: Lutheran dan Reformasi Swiss (Zwinglian/Kalvinis).

Bab 9: Perang dan Kematian (1531)

Zwingli percaya bahwa Reformasi tidak hanya harus diadopsi di Zurich tetapi juga di seluruh Konfederasi Swiss. Ia menggunakan kekuatan politik dan militer untuk menekan kanton-kanton Swiss Katolik yang tersisa (yang dikenal sebagai Lima Kanton Pedalaman) agar menerima Reformasi.

Ketegangan ini memuncak dalam Perang Kappel Pertama (1529), yang berakhir dengan perjanjian damai yang rapuh. Namun, pada Perang Kappel Kedua (1531), Zurich dan kanton Protestan lainnya disergap oleh pasukan Katolik yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Zwingli, yang menemani pasukannya sebagai pendeta, tewas dalam pertempuran. Tubuhnya ditemukan, dimutilasi, dibakar, dan abunya dicampur dengan kotoran babi oleh musuh-musuhnya—sebuah tindakan yang menunjukkan kebencian yang mendalam terhadapnya. Kematiannya menandai berakhirnya Reformasi Zwingli yang agresif dan mengarah pada perjanjian yang memberikan kebebasan beragama kepada setiap kanton.


IV. Karya-Karya Penting Ulrich Zwingli

Zwingli adalah penulis yang produktif, karyanya berfokus pada eksegesis Alkitab dan pembenaran reformasi institusional.

Judul Karya

Tahun

Isi Utama dan Signifikansi

Von der Klarheit und Gewissheit des Wortes Gottes (Mengenai Kejelasan dan Kepastian Firman Tuhan)

1522

Menegaskan prinsip Sola Scriptura (hanya Alkitab), bahwa Alkitab itu jelas dan merupakan satu-satunya sumber kebenaran.

Auslegung und Begründung der Schlussreden (Penjelasan dan Pembenaran 67 Dalil)

1523

Pembelaan terperinci atas 67 Dalilnya yang diajukan pada Debat Zurich. Menolak wewenang Paus, Misa, dan perantaraan orang kudus.

De Vera et Falsa Religione Commentarius (Komentar Mengenai Agama yang Sejati dan Palsu)

1525

Karya teologi sistematis yang pertama dari Reformasi. Menyajikan pandangan menyeluruh mengenai iman dan ibadah Kristen, membedakannya dari tradisi Katolik.

Amica Exegesis (Eksegesis Ramah)

1527

Sebuah tanggapan terhadap Luther mengenai Perjamuan Kudus. Di sinilah ia menjelaskan pandangan simbolisnya tentang Perjamuan Kudus, di mana kata “adalah” dalam "Inilah tubuh-Ku" berarti “melambangkan”.

Zwingli dan Musik

Meskipun Luther menghargai musik dan menghasilkan himne yang luar biasa, Zwingli memiliki pandangan yang sangat berbeda.

  • Peniadaan Musik: Zwingli adalah seorang musisi berbakat (ia memainkan banyak instrumen), tetapi ia menghapus semua musik dan nyanyian jemaat dari ibadah gereja di Zurich.
  • Alasan: Ia percaya bahwa musik dapat mengalihkan perhatian dari Firman Tuhan dan bahwa nyanyian yang diiringi organ musik adalah inovasi manusia yang tidak didukung oleh Kitab Suci. Bagi Zwingli, musik termasuk dalam praktik yang perlu "dimurnikan" dari ibadah.

Oleh karena itu, meskipun Zwingli adalah seorang humanis dan musisi, warisannya terhadap musik liturgi Reformasi Swiss adalah dengan menjadikannya sebuah kebaktian yang murni berbasis khotbah dan tanpa lagu.

No comments:

Post a Comment